Nasi di Indonesia - Sebuah Sejarah yang Terlupakan

Nasi di Indonesia - Sebuah Sejarah yang Terlupakan
Seberapa waktu yang lalu, arkeologi Tanah Air mendapat sorotan luas dari media massa setelah berhasil menemukan dua bangkai kapal selam milik Jerman di perairan Laut Jawa. Penemuan bangkai kapal selam ini akhirnya menguak latar belakang keberadaan makam tentara Nazi di Cikopo, Jawa Barat, yang selama ini banyak dianggap misterius dan terlupakan sekaligus merupakan mata rantai baru bagi sejarah Indonesia. Sebab, selama ini kehadiran tentara Jerman nyaris tidak terekam dalam sejarah resmi yang dipelajari di sekolah- sekolah.

Pada kenyataannya, jauh sebelum kemunculan para pelaut Kriegsmarine (Angkatan Laut) Jerman di Indonesia, ideologi fasis yang dikumandangkan Adolf Hitler telah merebak di wilayah yang saat itu masih menjadi jajahan Belanda. Batavia sendiri mendapat tempat ”kehormatan” sebagai lokasi di mana cabang kedua Partai Nazi di Asia Pasifik didirikan setelah kota Hankow di Cina. Dalam waktu empat tahun, cabang-cabang Partai Nazi telah berdiri di Makassar, Surabaya, Semarang, Medan, Padang, dan Bandung.

Nazisme segera menarik minat sebagian masyarakat kolonial di Hindia Belanda, sehingga membuat ideologi itu dikenal oleh orang Indonesia. Selain di antara orang-orang Jerman yang ting- gal dan bekerja di Hindia Belanda, paham fasis juga merasuki orang-orang Belanda lokal. Mereka terutama terhimpun dalam kelompok yang disebut Indies NSB, sebuah cabang dari gerakan fasis yang berinduk di Negeri Belanda. Ironisnya, sekalipun Hitler mengkhotbahkan supremasi orang Arya murni berkulit putih, sebagian besar anggota Indies NSB terdiri atas orang- orang Indo, orang-orang berdarah campuran Eropa-Indonesia! Lebih aneh lagi, bahkan orang-orang pribumi pun tidak mau ketinggalan tren tersebut dan mendirikan sebuah partai fasis Indonesia—mengabaikan fakta bahwa Jerman Nazi maupun Ita- lia Fasis memandang rendah orang kulit berwarna dan menganggapnya sebagai kelompok manusia yang harus dijajah dan di eksploitasi.

Pada kenyataannya, sekalipun terlupakan, ideologi yang diembuskan oleh Mussolini dan Hitler ini sendiri mempunyai pengaruh penting yang tidak disadari oleh bangsa Indonesia di kemudian hari.  Selama 32 tahun, Indonesia pernah memasuki tahap sejarah yang disebut sebagai pemerintahan Orde Baru pimpinan Soeharto. Yang jarang diketahui, istilah Orde Baru (Neue Ordnung) sendiri merupakan jargon yang biasa digunakan rezim Hitler untuk menggambarkan tatanan dunia baru yang hendak ditakan oleh Nazi. Beberapa ciri semangat fasisme juga ditakan oleh Nazi. Beberapa ciri semangat fasisme juga dinakan kekerasan, termasuk dalam menghabisi komunis.

Dalam buku ini, Penulis mencoba untuk merekonstruksi bagian-bagian sejarah Indonesia yang memiliki sangkut paut dengan Jerman Nazi. Selain kisah-kisah tentang latar belakang kemunculan Nazi serta partai-partai yang sehaluan dengan- nya di Hindia Belanda sebelum Perang Dunia II maupun petualangan U-Boat di Indonesia selama perang, buku ini juga mencoba mengulas mengenai usaha kaum Nazi yang kandas untuk menjadikan Indonesia sebagai protektorat Jerman. De- mikian juga kisah tentang salah satu babak terkelam yang di- alami orang Jerman di Indonesia, yaitu kebijakan pembalasan pemerintahan kolonial Belanda pasca-pendudukan Negeri Belanda oleh Nazi, yang bukan hanya menginternir semua warga Jerman di Hindia Belanda tetapi juga membiarkan ra- tusan orang di antara mereka terbunuh ketika sebuah kapal yang mengangkut para interniran ditenggelamkan oleh Jepang di lepas pantai barat Pulau Sumatra—sebuah kisah yang ber- akhir dramatis dengan terjadinya kudeta Nazi terhadap rezim kolonial yang dilakukan oleh sisa-sisa penumpang yang selamat di Pulau Nias.

Detail Buku:

Judul: Nasi di Indonesia - Sebuah Sejarah yang Terlupakan
Penulis: Nino Oktorino
Penerbit: Elex Media Komputindo
ISBN: 978-602-02-6053-2
Baca-Download: Google Drive

Comments

Popular posts from this blog

Prabowo dari Cijantung bergerak ke istana Penulis Femi Adi Soempeno

The Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald

Golden Bird karya Luna Torashyngu